Sabtu, 21 Juli 2018

"Untuk Apa Saya Konsisten Membaca Al-Qur'an?"


By
Mujiburrahman Al-Markazy

Suasana hati senantiasa mencari dimana letak nyaman dan ketenangan. Kadang terbesit dalam hati, "ingin jalan-jalan mencari udara segar." Banyak yang mengisi waktu liburannya dengan traveling ke puncak, gunung, laut dan berbagai macam wisata alam lainnya. Ada juga yang senang berkunjung untuk menikmati wisata kuliner. Mencoba berbagai aneka hidangan dari setiap daerah. 

Seindah apapun aktivitas kita, pasti akan ada kejenuhan. Walaupun setiap hari kita ke pantai atau ke gunung fun seterusnya. Pasti akan ada titik jenuh. Lantas, kenapa hati itu jenuh lagi. Padahal semua taman hiburan telah dikelilingi. 

Para pembaca yang budiman. Tahukah kita bahwa dalam tubuh manusia ada satu titik yang merespon nilai-nilai ketuhanan. Jika nilai-nilai ketuhanan itu berkurang dalam kehidupan maka hidup kita akan terasa kaku, kering, hampa dan tidak berdaya. Walaupun, semua tempat wisata kita kunjungi, tapi traveling kita jauh dari unsur memanifestasikan nilai-nilai ilahiah di situ pasti akan terasa kering. Titik tuhan itu berada dan mengontrol syaraf kita dalam sehari. Titik tuhan itu dikenal dengan istilah god spot.

Ada sekelompok ilmuwan pakar syaraf dari Universitas California San Diego. Penelitian mereka berlangsung pada tahun 1997 silam. Penelitian yang diketuai oleh Dr. Ramachandran itu, menyebutkan hasil yang sangat spektakuler. Hasil temuan mereka pada penelitian tersebut adalah dalam diri manusia tepatnya pada jaringan syaraf otak terdapat simpul-simpul saraf yang halus. Simpul-simpul itu disebut god spot atau titik ketuhanan atau bisa juga disebut God Module alias chip ketuhanan. Titik ini adalah simpul yang menghubungkan antara manusia dengan tuhan. 

Semakin manusia terhubung dengan nilai-nilai ketuhanan simpul-simpul ini akan aktif dan semakin kuat. Lebih terlihat sehat. Sebaliknya simpul-simpul itu akan melemah jika simpul-simpul ketuhanan pada syaraf tadi kosong dan kering dari nilai spiritual. Walaupun, bagi para atheisme yang tidak meyakini unsur ketuhanan dan campur tangan tuhan di permukaan bumi dan langit itu tidak menerima. Itulah, kesimpulan yang mereka hasilkan dari penelitian spektakuler tersebut.

Nah, dari sini kita bisa menemukan satu titik terang tentang, mengapa manusia cenderung hatinya hampa dan gelisah. Istilah bagi anak muda sekarang, gegana, alias gelisah, galau dan merana. Kenapa gegana terjadi. Yup, karena simpul god spot di dalam otak melemah. Kenapa bisa melemah karena hati kosong dari nilai-nilai spiritual. Lantas bagaimana cara menghadirkan nilai-nilai spiritual itu. Inilah yang akan kita bahas pemirsa sekalian.  Nabi Muhammad saw, telah memberi sedikit bocoran, apa dan bagaimana hati itu berkarat dan apa pembersihnya. 
إن هذه القلوب تصدأ كما يصدأ الحديد إذا أصابه الماء . قيل : يا رسول الله وما جلاؤها ؟ قال :  كثرة ذكر الموت وتلاوة القرآن 

Sesungguhnya hati ini berkarat seperti besi berkarat bila kena air”. Shahabat bertanya: “Ya Rasulallah, apa yang bisa memebersihkannya kembali?” Beliau menjawab: “Banyak-banyak mengingat kematian dan tilawah al Qur’an”. (HR. Baihaqi) 
كَلَّا ۖ بَلْ ۜ رَانَ عَلٰى قُلُوبِهِمْ مَّا كَانُوا يَكْسِبُونَ
"Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka," (QS. Al-Muthaffifiin: 14)

Sibuk dengan urusan dunia membuat lupa akan akhirat. Karat hati akan bertambah setiap saat. Jika sudah memuncak karat hati itu. Maka, hilanglah gairah hati untuk mengamalkan agama. Hidup akan terasa kering, jauh dari nilai-nilai spiritual. Disamping kita senantiasa memperbaiki niat dalam menjalani kehidupan, bahwa hidup ini adalah persimpangan jalan menuju akhirat. Apakah kita akan menjadi ashabul yamin, penempuh jalur kanan atau menjadi ashabus syimal, penempuh jalur kiri. 

Allah tidak memaksa kita pada jalur tertentu. Tapi, Allah mengutus para Nabi untuk memberitahu konsekuensi dari jalur pilihan kita. 


"(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS An Nisa: 165)


Allah swt, menginginkan agar kita bersegera kembali kepada Allah. Sekian banyak nabi dan rasul hanya untuk menyampaikan agar kita tidak salah jalan. Bukan hanya seruan belaka, tapi tertulis dalam kitab sebagai pedoman ketika sang nabi telah tiada. 


Pada kesempatan kali ini kita membahas apa pentingnya kita membaca Al-Qur'an. Agar tulisan ini tidak terlalu panjang. Setidak-tidaknya, ada 5 perkara.


1. Membentuk kesucian jiwa

Yah, hadist terdahulu yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi rah.a di atas. Menyebutkan  tentang 2 alat pembersih hati. Yang pertama adalah tazkiraul maut, mengingat kematian. Yang ke dua adalah membaca Al-Qur'an. Kenapa 2 komponen ini begitu berkaitan erat sebagai alat pembersih karat hati. Coba kita telaah. 


Mengingat akan kematian menyebabkan seseorang mawas diri. Dia senantiasa berfikir, jika saya salah dalam menjalankan kehidupan, maka saya akan celaka di akhirat. Matanya akan dijaga, tidak mau melihat dan melirik hal-hal yang dilarang. Kakinya akan dikontrol kemana harus melangkah. Tangannya diperhatikan, apa saja yang boleh disentuh. Lisannya akan ditahan kepada apa saja yang boleh di nyinyir. Semua dikontrol, baik diri, harta, ilmu, waktu, jabatan atau apapun pasti akan dijaga dengan rapi. Kenapa? Karena ada masa pertanggungjawaban yang panjang dan ketat. Disana semua file kehidupan akan dipamerkan di hadapan seluruh khalayak manusia. 


Al-Qur'an sebagai kompas kehidupan. Dia akan membimbing dan menggiring. Kemana langkah harus di tuju. Bagaimana harta harus disalurkan. Bagaimana berlaku kepada anak, kepada istri, kepada orang tua, kepada bos, kenalan, kawan, bawahan bahkan kepada diri sendiri, haknya diatur dalam Al-Qur'an. 


Kebanyakan kita membaca Al-Qur'an, tapi sayang kita tidak memahami kandungan yang telah kita baca. Ada satu kekurangan. Tapi, itu bukan berarti kita tidak perlu membaca Al-Qur'an. Fungsi Al-Qur'an sebagai aplikasi pembersih hati tetap akan berlaku walaupun kita tidak memahami apa kandungan makna dari bacaan kita. 


Seorang pakar kesehatan Muslim, Dr. Al-Qadhi melalui penelitian yang panjang di salah satu klinik besar, Florida, Amerika Serikat. Menyebutkan bahwa, hanya dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat Al-Qur'an baik ia memahami atau tidak, itu akan memberikan suasana syahdu di hati yang dapat menurunkan kadar depresi, memberikan ketenangan, menurunkan kadar tekanan darah, menangkal beberapa penyakit. 


Ini adalah pengaruh umum dari pasien yang diuji cobakan tersebut. Setelah menggunakan bantuan alat-alat kedokteran yang mutakhir ia mendapat satu kesimpulan, 97 % mendengarkan bacaan Al-Qur'an baik dipahami atau tidak akan memberikan dampak positif pada kesehatan dan pencegahan penyakit.


Penelitian yang berbeda juga pernah dilakukan pada tahun 1984 hasilnya 97 % berpengaruh positif pada kesehatan. Terakhir penelitian dilakukan oleh Muhammad Salim yang dipublikasikan oleh Universitas Boston dengan menggunakan 5 sukarelawan. Mereka terdiri dari 3 pria dan 2 wanita. Dengan menggunakan media pembanding selain Al-Qur'an, tapi dalam satu bahasa, yakni bahasa Arab. Perlu diketahui kelima orang tersebut tidak memahami sama sekali tentang bahasa Arab, 210 kali pengulangan baik Al-Qur'an maupun media pembanding tadi. Konklusi dari hasil penelitian tersebut adalah 65 % responden mendapatkan ketenangan dari bacaan Al-Qur'an dan 35 % responden mendapatkan ketenangan dari Syair Arab. 

Subhanallah, spektakuler. Pun, kita tidak memahami bacaan Al-Qur'an, Jangan sekali-kali berfikir untuk tidak membaca Al-Qur'an. Pastinya membaca lebih memberikan pengaruh daripada sekedar mendengar. Membaca ada manfaat pada lidah, mata, suara, otak secara bersamaan. Insya Allah pengaruhnya jauh lebih kuat untuk menerapi rohani dan jiwa. Hal tergambar jelas dalam firman Allah swt. 


وَنُنَزِّلُ مِنَ ٱلْقُرْءَانِ مَا هُوَ شِفَآءٌ وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ ٱلظَّٰلِمِينَ إِلَّا خَسَارًا
"Dan telah Kami turunkan Al-Qur'an yang di dalamnya terdapat syifa' (obat penyembuh) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Dan Al-Qur'an itu tidak akan menambah kepada orang yang zalim itu, kecuali kerugian belaka." (QS Al-Isra: 82)
2. Ingin curhat kepada Allah.

Setiap orang di dunia ini ingin unek-uneknya didengar, tanpa terkecuali. Walaupun orang bisu yang tidak bisa berbicara, tetap ia ingin didengar, tentunya dengan bahasa yang dia miliki. Terkadang, seseorang keliru dalam memilih teman curhat. Hal ini pernah dibahas oleh Pak Cah, panggilan Akrab dari Cahyadi Takariawan, seorang konsultan dibidang family dan parenting. Ia pernah menulis di kompasiana dengan judul, "teman curhat yang menyesatkan". 


Yah, demikianlah orang suka meberikan curhat tapi, terkadang salah ditanggapi. Semua orang bisa berpendapat, tapi itu tidak menjadi jaminan solusi. Bagaimana kalau Allah yang 'turun tangan' dalam menyelesaikan masalah kita. Setiap kita punya masalah. Jika kita datang kepada ahlinya insya Allah masalah itu akan mudah selesai. Sekarang, siapakah yang melebihi Allah dalam menyelesaikan masalah. Bahkan, ketika kita membaca Al-Qur'an, bukan kita yang berbicara, tapi Allah langsung yang 'menyediakan waktu' untuk berbicara dengan kita. Coba perhatikan hadist ini. 

اَشَدُ أُذٌنًا إِلي قَارِئِ القُرآنِ مِنْ صَاحِبِ القَيْنَةِ اِلي قَيْنَتِهِ


"Allah lebih memperhatikan seorang yang membaca Al-Qur'an melebihi seseorang (tuan) yang mendengar dengan perhatian kepada nyanyian dari hamba wanitanya". (HR Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Hakim. Ia berkata, haditsnya shohih). 

Ada mungkin yang suka dengar nyanyian, entah itu shalawat yang dimerdukan suara dan aransemennya atau nyanyian yang lainnya. Terlepas dari diskursus mengenai nyanyian boleh dan tidaknya. Coba perhatikan orang yang menyukai nyanyian, ia akan mendengarkan dengan penuh penghayatan. Apalagi itu lagu atau shalawat favoritnya. Subhanallah, begitu dihayati. 

Pada hadist tersebut menceritakan, Allah swt, jauh lebih menyukai, menyimak, dan memperhatikan dengan saksama kepada pembaca Al-Qur'an. Ada orang yang curhat dengan kawannya di dekat bantal atau menjelang tidur. Tanpa ia sadari kawan curhatnya sudah ngorok. Ia begitu sedih dan jengkel. Bagaimana dengan Allah?

Allah begitu memperhatikan dengan seksama kepada pembaca Al-Qur'an. Apakah Allah tidak mengetahui gundah-gulana dalam hati kita ketika membaca Al-Qur'an? Pasti Allah swt, tahu jelas, bahkan sebelum masalah kita hadapi. Setelah Allah perhatikan dan mendengarkan kita dengan penuh perhatian. Mintalah kepada-Nya, Dia akan memberinya dengan mudah. Allah perintahkan. 

ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ 
"Mintalah kepada-Ku niscaya akan Aku beri apa yang kamu minta". (QS Al-Mu'min: 60)

3. Untuk menemani di tengah Kesunyian.

Siapa yang tidak ingin memiliki kawan sejati? Pasti semua ingin. Tahukah kita bahwa ketika menit pertama, kita dibaringkan di alam kubur. Semua kerabat, sahabat dekat, cs kita, relasi kerja, anak, istri atau suami, orang tua, siapapun yang biasa menemani kita berjalan, apakah android atau bukan. Semua akan meninggalkan kita. Sunyi, sendiri, tidak ada yang menemani.


Seseorang dipenjara di dunia. Mungkin dengan duitnya, walaupun itu melanggar aturan dia bisa menyulap keheningan menjadi keceriaan. Ia bisa jalan-jalan di bali. Bisa buat tempat karaokean atau apapun yang dia inginkan. Tapi, bagaimana jika kita telah berada di alam kubur. Alam transit menuju hari akhirat. Siapa yang akan menemani? Al-Qur'an. Yah, Al-Qur'an dengan sigap akan menemani di alam kubur, di  menit pertama menapakkan kaki. 

Dari Sa’id bin Sulaim ra, Rasulullah SAW bersabda, “Tiada penolong yang lebih utama derajatnya di sisi Allah pada hari Kiamat daripada Al-Qur’an. Bukan nabi, bukan malaikat dan bukan pula yang lainnya.” (HR. Abdul Malik bin Habib- dari Kitab Syarah Ihya).


Walaupun sanad hadist tersebut dhoif tapi diperkuat oleh hadits yang lain dibawah ini. Sehingga levelnya naik menjadi hasan lighairihi, baik dengan selainnya. 


إنَّ سورةً من القرآنِ ثلاثون آيةً، شَفَعَتْ لرجلٍ حتى غُفِرَ له، وهي: تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ

 “Sesungguhnya ada satu surat dalam Al-Qur'an yang memiliki 30 ayat memberi syafaat kepada seseorang sehingga dosanya diampuni; yaitu: Tabaarakal Ladzi biyadihil Mulku.” (HR. Abu Dawud no. 1400 , Al-Tirmidzi no. 2891, dan Ibnu Majah. Dari Sahabat Abu Hurairah)

Jelas satu surat dalam Al-Qur'an saja sudah bisa memberi syafaat, apalagi kalau seluruh isi Al-Qur'an kita baca secara rutin dan terus menerus.


4. Dalam Al-Qur'an telah kompleks. 

Ketika seseorang membeli handphone baru. Pasti yang iya tanyakan berapa RAM (Random Access Memory)-nya? Apa fitur HP yang ditawarkan. Semakin bagus dan lengkap, maka semakin menimbulkan daya beli. Sekarang, kenapa kita tidak memilih Al-Qur'an, padahal Al-Qur'an lebih kompleks merekam kejadian masa lalu bahkan menampilkan fitur kejadian dimasa depan, serta bagaimana cara mengatasi problem tersebut. 


Al-Qur'an telah sempurna dan terdepan dalam informasi. Senantiasa update dengan perkembangan zaman. Apa yang menyebabkan kita menjauhinya? Karena kebodohan. Yah, karena kebodohanlah seseorang meninggalkan atau tidak menggunakan Al-Qur'an sebagai software dalam memudahkan dan memanage kehidupan. 


Jika orang tinggal di hutan, tidak tau cara mengoperasikan android, komputer dan sebagainya. Maka, Jangan kamu tawarkan laptop bermerek Linux, yang biasa dipakai oleh para hacker atau HP apple kepadanya. Mendingan kamu berikan sebilah batu asah yang bisa ia gunakan. Daripada media yang canggih kamu tawarkan mendingan media sederhana yang bisa digunakan. Kenapa demikian? Karena gaptek alias gagap teknologi. Ada juga sekarang gapal alias gagap Al-Qur'an,-Itu istilah baru, boleh juga dicontek.- hehe.

5. Ada Matematika amal 

Setiap orang dalam berniaga senantiasa yang dikejar adalah omset, keuntungan. Begitu pula dalam beramal pasti orang menginginkan keuntungan amal dalam waktu yang singkat. Ada sebuah ayat yang bunyinya seperti ini. 


مَن جَاء بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا

"Barangsiapa yang datang (pada hari kiamat) dengan membawa satu amal kebaikan, maka baginya pahala 10 kali lipatnya". (QS Al-An'am: 160). Jadi, kesimpulan yang bisa kita petik dari ayat tersebut adalah kebaikan yang kita lakukan setidaknya akan dilipat gandakan 10 kali lipatnya. Sekarang, coba kita perhatikan hadits ini. 

 مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ 

Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الم satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6469)

Jelas dalam hadits tersebut, menyebutkan satu huruf dengan satu hasanah, kebaikan. Jadi setiap satu huruf disebut satu hasanah, (Satu amal kebaikan). Ketika kita bersedekah, maka seluruh hasil sedekah itu baru disebut satu hasanah. Seumpama kita sholat, rangkaian semua sholat dari takbiratul ihram sampai salam adalah satu hasanah. Jika dalam sholat tiba-tiba kita batal, karena kentut umpamanya. Maka, kita tidak jadi mendapatkan satu hasanah dari sholat. Tapi, membaca Al-Qur'an, walaupun kita baru memulai satu huruf. Kita dianggap telah mendapatkan satu hasanah yang sempurna, sehingga layak dilipat gandakan menjadi sepuluh kebaikan. Allahu Akbar!. Gimana? Masih mau malas-malas membaca Al-Qur'an. Hem, Kasihan. 

===========
Di pagi yang cerah. 
Ahad, 22 Juli 2018
Wanggudu, Asera, Sulawesi Tenggara.
============
Bahan Bacaan:
Al-Kandahlawi, Zakariyah. 2004. Kitab Fadhilah Al-Qur'an. Bandung. Pustaka Ramadhan

Takariawan, Cahyadi. 2018. Teman Curhat Yang Menyesatkan. ----, www.kompasiana/pakcah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar